Jangan Asal Posting! Jejak Digital Kamu Bisa Jadi Penentu Diterima Kerja

Oleh Kontributor SuratPlus - 19/06/2025

Seorang pria sedih karena lamaran kerja ditolak
Jejak digitial yang buruk bisa menghambar karier kamu

SuratPlus - Kamu pernah nggak sih ngerasa udah kirim puluhan CV, ikut interview sana-sini, tapi nggak ada satu pun panggilan yang nyangkut? Padahal IPK kamu oke, pengalaman organisasi juga nggak kalah keren, tapi tetap aja mentok di tahap awal. Nah, bisa jadi masalahnya bukan di CV kamu, tapi di sesuatu yang selama ini kamu anggap sepele: jejak digital.

Yap, di zaman serba online ini, HRD nggak cuma menilai kamu dari kertas lamaran aja. Mereka juga bisa “ngintip” media sosial kamu buat dapetin gambaran siapa kamu sebenarnya. Yang lebih gila lagi, keputusan diterima atau ditolaknya kamu bisa dipengaruhi dari satu postingan random yang kamu unggah bertahun-tahun lalu. Serem, ya?

Apa Itu Jejak Digital?

Sederhananya, jejak digital adalah semua aktivitas kamu di dunia online yang terekam dan bisa ditemukan. Bisa dari postingan di Instagram, komentar di YouTube, thread di X (Twitter), sampai status galau di Facebook jaman SMA. Bahkan kalau kamu pernah aktif di forum atau blog pun, bisa aja itu masih ada jejaknya di Google.

Jejak digital ini ibarat “catatan sejarah” kamu di internet. Sekali kamu posting, like, atau share sesuatu, bisa aja jejak itu susah banget dihapus total. Dan kalau sampai itu ditemukan oleh orang yang salah, bisa jadi bumerang, terutama waktu kamu melamar kerja.

HRD Juga Manusia, Tapi Punya “Kacamata” Digital

Zaman sekarang, banyak HRD yang akan search nama kamu di Google sebelum memutuskan memanggil kamu untuk interview. Mereka pengin tahu:

  • Apakah kamu pernah terlibat dalam hal-hal negatif?
  • Gimana cara kamu bersikap di media sosial?
  • Apakah kamu terlihat profesional dan punya attitude yang baik?

Kalau ternyata yang muncul adalah foto-foto party kelewat batas, cuitan penuh ujaran kebencian, atau postingan nyinyir tentang tempat kerja sebelumnya, ya wajar aja kalau kamu langsung dicoret dari daftar calon karyawan.

Kamu mungkin mikir, “Lah, itu ‘kan privasi aku?” Iya sih, tapi ketika kamu mempublikasikan sesuatu di media sosial, kamu juga harus siap kalau itu dibaca orang luar, termasuk calon atasan kamu nanti.

Contoh Kasus Nyata: Jejak Digital Bisa Menghancurkan Karier

Biar nggak sekadar teori, yuk lihat beberapa contoh nyata:

  • Fresh graduate batal diterima kerja karena postingannya di X mencemooh minoritas. HRD nemu saat googling nama dia dan langsung dicoret.
  • Seorang karyawan dipecat karena video TikTok-nya menghina pelanggan. Padahal followers-nya masih di bawah 500 orang.
  • Seorang pelamar gagal diterima di perusahaan impiannya, gara-gara status lamanya nyindir profesi yang justru jadi bidang perusahaannya.

Ironis? Banget. Tapi ini jadi bukti kalau jejak digital itu bisa jadi senjata makan tuan.

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?

Tenang, bukan berarti kamu harus hapus semua akun sosial media. Justru di era sekarang, punya personal branding di internet bisa jadi nilai plus. Yang penting adalah kamu harus mengelola jejak digital kamu dengan bijak. Ini beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Lakukan Googling Nama Sendiri

Langkah pertama, coba ketik nama lengkap kamu di Google dan lihat apa yang muncul. Kalau ada postingan atau konten lama yang menurutmu kurang pantas, segera hapus atau ubah pengaturannya jadi private.

2. Bersihkan Media Sosial Lama

Cek kembali postingan lama kamu, terutama yang kamu tulis saat emosi, marah, atau lagi galau. Ingat, dunia kerja lebih suka orang yang stabil emosinya dan bisa menjaga etika dalam komunikasi.

3. Bangun Personal Branding Positif

Mulailah aktif membagikan konten yang bermanfaat entah itu tips karier, pengalaman organisasi, atau kegiatan volunteer. Ini bisa bikin kamu terlihat lebih profesional dan punya nilai lebih di mata recruiter.

4. Atur Privasi Akun

Kalau kamu tipe yang suka posting hal-hal pribadi, mending ubah akunmu jadi private. Tapi tetap, meskipun private, kamu harus tetap menjaga etika dalam berkomunikasi. Siapa tahu ada teman yang screenshot dan menyebarkan.

5. Bikin Portofolio Online

Kalau kamu ingin dikenal karena skill atau karya, coba bikin portofolio online yang isinya tentang pencapaian, projek, atau pengalaman kerjamu. Ini bisa bantu HRD menilai kamu dari sisi yang lebih profesional dan objektif.

Kesimpulan: Jejak Digital = Citra Diri Online

Intinya, jejak digital itu bisa jadi cerminan kamu di mata dunia luar. Kamu bisa memanfaatkannya buat membangun reputasi yang baik, atau sebaliknya, kamu bisa tenggelam karena postingan-postingan yang nggak terkontrol. Jadi, yuk mulai lebih sadar dan bijak dalam bersosial media!

Ingat, dunia kerja makin kompetitif, dan setiap detail bisa jadi penentu. Jangan sampai masa depan kamu gagal cuma karena satu postingan di tahun 2016.

WA Chat CS